PEKANBARU, — Dunia musik Sumatera Barat, khususnya Kota Padang, sempat kehilangan sosok Novian Nobel. Nama besar yang dikenal lewat lagu-la...
PEKANBARU, — Dunia musik Sumatera Barat, khususnya Kota Padang, sempat kehilangan sosok Novian Nobel. Nama besar yang dikenal lewat lagu-lagu Minang legendarisnya ini seolah menghilang dari percaturan musik daerah. Namun, rupanya, hijrahnya Novian Nobel ke Kota Pekanbaru sejak 2007 bukanlah akhir dari karier musiknya. Ia tetap aktif mencipta dan berkarya di jalur musik yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari hidupnya.
“Saya tak pernah meninggalkan musik karena telah merupakan hidup dan kehidupan saya,” ujar Novian Nobel ketika dihubungi melalui telepon, semalam.
Pria kelahiran Durian Taruang, Padang, yang merupakan alumni ASKI Padang Panjang ini, telah mulai menulis lagu sejak 1988. Sejumlah lagu hits lahir dari tangan dinginnya, seperti "Pisau Bamato Duo" yang dinyanyikan oleh Gafur Syah (Alm.), "Arok Dalam Bayangan," dan "Cinto Manikam." Lagu-lagu ini tak hanya meramaikan kancah musik Minang pada akhir 1980-an, tetapi juga menancapkan pengaruhnya di hati para penikmat musik daerah.
Setelah pindah ke Pekanbaru, Novian Nobel memperluas cakupan karyanya. Selain tetap menciptakan lagu-lagu Minang, ia mulai mengeksplorasi musik Melayu Riau. Beberapa lagu yang lahir dari masa ini adalah "Cinta Sebatas Angan" dan "Kandas Dibuai Cinta," yang memperlihatkan kecintaannya pada seni dan budaya lokal.
Karya-karyanya pernah dinyanyikan oleh sejumlah penyanyi kenamaan, seperti An Roys dan Ucok Sumbara. Meski kini berkarya jauh dari tanah kelahiran, semangat Novian Nobel untuk terus menghidupkan musik daerah tetap menyala, menjadikan musik sebagai bahasa cinta yang menyatukan lintas budaya dan daerah.(Red)